Shot 4

Universitas Siber Muhammadiyah dan Lingkungan Hidup Berkelanjutan

Bagi negara-negara industri, pada umumnya negara-negara maju, isu lingkungan hidup menjadi isu penting. Pada umumnya, itu dialami oleh negara-negara produsen asap dan limbah pabrik, juga negara-negara dengan tingkat deforestasi tinggi. Mereka mengalami semacam kecemasan. Bahwa, jika kehidupan umat manusia terus begitu, rumah kita, yaitu bumi, akan punah.

Kekhawatiran semacam itu, dalam bidang filsafat melahirkan kajian yang sangat mendalam, utamanya dalam bidang studi etika lingkungan hidup. Dengan tesis bahwa hanya ada satu bumi, dan jika bumi itu rusak, maka umat manusia kehilangan tempat tinggal dan pada akhirnya punah. Karena itu, bumi harus dirawat. Atau dengan kata lain, bumi yang “sakit” harus dipulihkan. Itu ajaran penting tentang etika lingkungan hidup dewasa ini.

Kampanye untuk melestarikan lingkungan juga dilakukan dengan banyak cara. Seperti gerakan menanam pohon, atau mengurangi penggunaan bahan plastik. Karena plastik tidak ramah lingkungan. Butuh waktu lama agar terurai. Bahkan film Avatar yang rilis tahun 2009, juga mengisahkan perjuangan para penghuni planet pandora dalam mempertahankan alam dan lingkungan mereka, dan tentu mempertahankan planet mereka dari eksploitasi perusahaan asal bumi.

Bahkan, konser musik salah satu grup musik seperti Coldplay juga mengangkat isu lingkungan hidup dalam konser mereka. Katanya, setiap tiket yang dibeli akan berkontribusi untuk menanam satu pohon. Itu adalah bisnis yang bagus dalam industri musik untuk memikat dukungan para aktivis lingkungan hidup. Mereka juga menganjurkan membawa botol minum sendiri untuk mengurangi penggunaan botol plastik.


M. Khusnul Khuluq
Mahasiswa SiberMu

Argumentasi etika lingkungan digali dari berbagai perspektif. Mulai dari argumentasi filsafat seperti pelajaran tentang land ethics, deep ecology, ekofeminisme dan sejenisnya. Hingga ajaran-ajaran teknis seperti hormati lingkungan dengan menjaganya. Bahkan termasuk juga perspektif agama. Islam misalnya, sebetulnya telah meletakkan dasar-dasar etika lingkungan hidup. Bahwa kita tidak boleh merusak dan harus memelihara lingkungan. Jangan boros energi dan seterusnya.

Dari tesis sederhana itu, yaitu menjaga lingkungan, kajian bisa sangat meluas. Studi kasus bisa menyasar berbagai isu. Aktivitas industri, limbah pabrik, limbah plastik, polusi udara, aktivitas tambang, eksploitasi perut bumi, penebangan hutan berlebihan sehingga menghasilkan deforestasi, penggunaan pestisida yang merusak tanah dan seterusnya.

Bahkan penggunaan kendaraan bermotor yang menghasilkan asap dianggap tidak ramah lingkungan. Mencemari udara. Itu mengapa hari ini mobil listrik mulai digandrungi. Penggunaan bahan dari alam yang berlebihan juga mulai dicibir. Itu semua dianggap pola hidup yang tidak ramah lingkungan. Sehingga, kita harus mencari alternatif pola hidup yang lebih ramah lingkungan.

Etika lingkungan jelas mengutuk (baca: memerangi) aktivitas eksploitasi lingkungan. Seperti aktivitas tambang mineral. Apapun jenisnya, itu akan merusak lingkungan. Tambang batu bara misalnya. Dia akan membabat hutan, mengeruk lapisan tanahnya. Dan mengambil batu bara di dalamnya. Setelah itu, bekas galian batubara akan menjadi kolam-kolam beracun yang tidak layak untuk kehidupan. Ini sekedar contoh bahwa aktivitas tambang pasti merusak lingkungan.

Dengan pola hidup seperti itu, apa yang dapat diwariskan untuk anak cucu kita di masa depan selain kondisi bumi yang rusak? Singkat kata, dunia sedang mengupayakan agar bumi kiamat lebih lambat. Termasuk hari ini, 5 Juni, dunia memperingati hari lingkungan hidup sedunia. Dengan tujuan mengingatkan kita semua untuk lebih peduli dengan lingkungan. Untuk menciptakan pola hidup yang lebih berkelanjutan.

Tentang ini, ada beberapa hal yang saya kira menarik. Ini persoalan teknis. Namun, saya kira ini adalah simbol tentang ajaran etika lingkungan itu sendiri. Pertama, peti mati jamur. Bagi saya, ini menarik. Ini adalah model pemakaman baru yang dikembangkan oleh salah satu perusahaan di Eropa. Dan ini menjadi trend di negara-negara eropa utara, yang mana kesadaran lingkungan sudah tumbuh.

Konsepnya adalah mengurai jasad manusia menjadi bahan organik. Semacam pupuk. Jasad manusia yang telah mati akan ditaruh di peti mati jamur itu. Peti didesain untuk mengurai jasad manusia dengan jenis jamur tertentu. Memang, dari perspektif Islam, itu masih butuh diskusi. Namun, poin penting yang ingin diajukan adalah bagaimana orang mati bisa bermanfaat untuk lingkungan. Mereka menyebut ini adalah pekuburan yang ramah lingkungan. Juga menghemat lahan pekuburan.

 

Info Penerimaan Mahasiswa Baru

 

Kedua, kotak makanan sekali pakai berbahan pelepah pinang. Bentuknya sama persis seperti kotak makanan berbahan Styrofoam yang biasanya berwarna putih. Kita sering menggunakan itu. Kotak makanan berbahan Styrofoam akan menjadi sampah yang susah terurai. Itu merusak lingkungan. Tapi, dengan bahan pelepah pohon pinang, kotak itu akan mudah terurai. Ini diproduksi di Palembang. Dengan memanfaatkan pelepah pinang dari para petani pinang, kotak makanan itu diproduksi. Warnanya cantik dan menurut saya sangat keren. Ini adalah upaya untuk menuju pola hidup yang tetap modern, namun ramah lingkungan.

Yang ketiga, masih teringat apa yang disampaikan oleh Bapak Rektor Universitas Siber Muhammadiyah dalam salah satu kunjungan ke daerah. Beliau mengatakan bahwa, “Universitas kita ini, untuk mengelola administrasi selama 4 semester hanya menghabiskan kertas 3 rim.” Dengan mengusung paradigma paperless, itu bisa dilakukan. Bagaimana pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan kertas dikerjakan tanpa kertas.

Sebuah universitas pada umumnya dipenuhi dengan dokumen-dokumen, apakah itu dokumen administrasi atau penugasan. Mulai dari tugas esai mahasiswa, disertasi, hingga laporan pengabdian masyarakat oleh para pengajar, dan seterusnya, pada umumnya berbasis kertas. Namun, penggunaan kertas yang minim, ini adalah kemajuan. Dari perspektif etika lingkungan, ini adalah kemajuan yang luas biasa. Dan itu yang dibicarakan dunia dewasa ini.

Kertas diproduksi dari batang pohon. Yang artinya, penggunaan kertas di satu tempat berarti menumbangkan satu pohon di tempat lain. Penggunaan kertas yang minim artinya berkontribusi dalam pencegahan penebangan kayu (baca: hutan). Pohon atau hutan, berkontribusi untuk memproduksi oksigen yang kita hirup. Sekaligus memastikan lapisan ozon tetap terjaga. Ini adalah upaya mendukung tata kehidupan yang berkelanjutan.

Banyak contoh-contoh lain di sekitar kita yang mencerminkan pola kehidupan yang ramah lingkungan. Misalnya, produksi kantong plastik dari singkong. Ini di produksi di Bali. Penggunaan pipet dari bahan organik juga mulai menjadi trend. Penggunaan pupuk non kimia juga sudah mulai dikampanyekan di Indonesia. Gerakan menanam pohon, dan sejenisnya. Kesadaran semacam ini penting. Hal-hal semacam itu, adalah bentuk dukungan pada upaya mewujudkan tata kehidupan yang berkelanjutan. Dan sekaligus awal dari tata kehidupan baru untuk melestarikan planet biru mungil yang kita huni ini. 

Catatan Khusnul Khuluq, 2023

Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *